Jumat, 01 Januari 2016

MAKALAH KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PARTISIPATIF



I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Istilah Komunikasi Pembangunan Partisipatif (Kombangpar) mungkin masih terasa asing, bahkan di kalangan akademisi dan praktisi komunikasi pembangunan sendiri di Indonesia. Sebab sekalipun konsep, model, dan penerapannya sudah dikembangkan beberapa dekade lalu namun wacana tentang Kombangpar masih belum dilakukan secara meluas dan intens sampai saat ini. Momentum setengah abad embrio lahirnya Komunikasi Pembangunan, sejak pertama kali Daniel Lerner mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 1958 (The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle East) dapat pula dijadikan sebagai tonggak penting untuk mulai memahami, mengkaji dan mencari relevansinya bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih belum beruntung karena struktur sosial dan sistem yang kurang berpihak kepada mereka.
Sesungguhnya istilah Kombangpar digunakan sebagai padanan dari Participatory Development Communication yang sudah populer pada pertengahan tahun 1990-an (Bessette dan Rajasunderam, 1996; Bessette, 2004; 2006). Konsepsi lain yang terkait dengan lahirnya Kombangpar adalah Participatory Communication atau Participatory Communication for Social Change (Servaes et al., 1996; Servaes, 2002a; Kim, 2005). Gagasan tersebut muncul sejalan dengan mulai bergesernya paradigma komunikasi pembangunan dari paradigma difusi ke paradigma pemberdayaan. Sekaligus merupakan sebuah alternatif pilihan untuk menjawab kurangnya kontribusi komunikasi pada pembangunan di Negaranegara berkembang selama masa dekade pembangunan pertama yang pernah dicanangkan PBB yang banyak menaruh harapan besar pada komunikasi massa sebagai agen perubahan seperti yang pernah dipromosikan oleh Schramm (1964)


II. PEMBAHASAN
2.1. Pengenalan
Pendekatan komunikasi partisipatif dikandung lebih dari dua dekade lalu. Akar pendekatan partisipatif dalam komunikasi pembangunan dapat ditemukan di tahun-tahun awal 1970an ketika banyak orang dalam komunitas pembangunan mulai dari atas ke bawah pendekatan pembangunan yang dominan pada 1950-an dan 1960-an, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi dari negara-negara sebagai tujuan utamanya. Selama beberapa dekade, keberhasilan negara-negara maju diadakan sebagai model untuk mencapai. Pembangunan itu yang diduga dipicu oleh difusi skala luas dan adaptasi teknologi modern.
Modernisasi seperti direncanakan di ibukota nasional di bawah bimbingan dan arahan dari ahli yang didatangkan dari negara-negara maju. sering, orang-orang di desa-desa yang menjadi obyek dari rencana ini, pertama akan belajar bahwa pembangunan sedang dalam perjalanan ketika orang asing dari kota turned up, sering mendadak, untuk survei tanah atau melihat lokasi proyek. Komunikasi berperan penting dalam mempromosikan modernisasi kepada orang-orang, radio adalah salah satu instrumen utama yang digunakan.
2.2. Komunikasi Partisipatif
Penekanan pada pendekatan interpersonal yang pada awalnya menyarankan skala kecil, pendekatan berbasis masyarakat untuk komunikasi partisipatif. Pidato, media tradisional dan rakyat, dan aktivis kelompok dianggap paling tepat instrument untuk mendukung pendekatan. Pemikiran awal ini diabaikan media massa dengan tidak menyarankan apapun peran mereka. Praktisi di media massa menanggapi berinovasi pendekatan mereka sendiri untuk komunikasi partisipatif. radio komunitas mencetak beberapa keberhasilan awal. Besar model, terpusat dari stasiun kota berbasis digantikan oleh operasi kecil mengudara pada pemancar berdaya rendah yang dimiliki oleh serikat buruh, gereja dan masyarakat lainnya. Orang-orang yang diproduksi dan program bersuara terfokus pada isu-isu lokal, yang themost saat ini dan penting untuk tem. Inovasi seperti didefinisikan peran media besar dalam komunikasi partisipatif.
Evolusi Komunikasi Pembangunan
Model Pembangunan
Model komunikasi
Pendekatan  penyiaran

Pertumbuhan Modernisasi
difusi Top-down

radio petani
Dasar kebutuhan pertumbuhan dengan distribusi

akar rumput Horizontal

forum radio

Ketergantungan
Penyadaran
pertukaran berita
Lain
Partisipatif

radio komunitas
2.3. Pengertian dan Konsepsi Komunikasi Pembangunan Partisipatif
Komunikasi Pembangunan Partisipatif (Kombangpar) sebagai pendekatan alternatif dapat dipandang sebagai “sarana ampuh” untuk memfasilitasi proses-proses partisipatif bila sejalan dengan dinamika pembangunan ditingkat lokal. Pada sisi lain, Kombangpar dapat pula diterjemahkan sebagai suatu aktifitas yang direncanakan dengan matang yang diwujudkan dalam bentuk strategi dan pendekatan komunikasi yang diterapkan dalam seluruh proses pembangunan. Definisi yang lengkap antara lain dikemukakan oleh Bessette (2004) sebagai berikut: ’Komunikasi Pembangunan Partisipatif  adalah suatu aktifitas yang direncanakan yang didasarkan pada proses-proses partisipatif di satu sisi, dan pemanfaatan media komunikasi dan komunikasi tatapmuka disisi lain, dengan tujuan untuk memfasilitasi dialog di antara pemangku kepentingan yang berbeda, yang berkisar pada perumusan masalah atau sasaran pembangunan bersama, mengembangkan dan melaksanakan atau menjabarkan seperangkat aktifitas yang memberi kontribusi untuk mencari solusi yang didukung bersama. Proses-proses partisipatif yang dimaksud adalah adanya partisipasi komunitas, yakni adanya keterlibatan aktif kelompok komunitas yang berbeda, bersama-sama pemangku kepentingan lainnya dan beberapa agen pembangunan serta peneliti yang bekerja dengan komunitas serta para pengambil keputusan. Secara umum yang dimaksud dengan pemangku kepentingan antara lain anggota komunitas (masyarakat), kelompok-kelompok masyarakat yang aktif, aparat pemerintah lokal atau regional, LSM, petugas teknis pemerintah atau lembaga lainnya yang bekerja di tingkat komunitas, para pembuat kebijakan yang semestinya terlibat dalam upaya pembangunan yang berlangsung. Makna komunikasi sendiri mengalami perubahan karena adanya pergeseran peran dari yang fokusnya mengiformasikan dan membujuk rakyat untuk mau mengubah perilaku atau
sikap, kepada menyediakan fasilitas diantara pemangku kepentingan yang
berbeda untuk menentukan masalah bersama. Artinya dari pendekatan topdown, linier dan searah menuju pendekatan horisontal, interaktif dan dialogis. Komunikasi menjadi lebih berorientasi kepada receiver (khalayak penerima) ketimbang kepada sender (sumber). Proses ini dapat berlangsung ketika yang menjadi titik masuknya adalah bukan hanya pada masalah pembangunan itu sendiri, tetapi sasaran atau tujuan yang ditentukan bersama ditingkat komunitas (Servaes & Malikhao, 2002). Pergeseran makna komunikasi memberi konsekuensi pada peranan baru komunikasi yang lebih ditekankan pada kebutuhan untuk membantu seluruh proses melalui pertukaran informasi secara interaktif atau transaksional. Rakyat (komunitas) sendiri yang semestinya mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Rakyat diposisikan sebagai mitra sejajar dalam mengembangkan pesan dan memproduksi media komunikasi. Melalui komunikasi partisipatif pula dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik di antara kelompok, komunitas dan pemangku kepentingan lainnya. Apakah Perbedaan Kombangpar dengan strategi komunikasi lainnya? Dagron (2001) menyimpulkan bahwa perbedaan paradigmatis antara Kombangpar dan strategi komunikasi pembangunan lainnya mencakup antara lain pada beberapa isu berikut:
2.4. Kekuasaan Pendekatan Partisipatif
Reaksi terhadap modernisasi (dan sampai batas tertentu realisasi ketidakseimbangan struktural global) melahirkan berbagai pendekatan partisipatif. mereka bersama maksud umum secara aktif melibatkan orang yang menjadi "subjek" pembangunan dalam membentuk proses. dalam banyak kasus, bagaimanapun, ini  ujung kesamaan dan sejumlah perbedaan dimulai. partisipasi masyarakat menjadi difinied dalam berbagai cara dan ini mengubah menyebabkan banyak perbedaan pendapat yang belum terselesaikan. umumnya, empat cara yang berbeda partisipasi dapat diamati di sebagian besar proyek-proyek pembangunan yang mengaku partisipatif di alam (Uphoff 1985). mereka dijelaskan di bawah.
·         partisipasi dalam pelaksanaan - orang secara aktif dan dimobilisasi untuk mengambil bagian dalam aktualisasi proyek. mereka diberi tanggung jawab aertain dan mengatur tugas-tugas tertentu atau diperlukan untuk berkontribusi sumber spesified.
·         partisipasi dalam evaluasi - setelah selesainya proyek, orang diundang untuk kritik keberhasilan atau kegagalan.
·         partisipasi dalam manfaat - orang mengambil bagian dalam menikmati buah dari proyek, seperti wter dari pompa tangan, medis, perawatan (dari dokter tanpa alas kaki), sebuah truk untuk mengangkut hasil ke pasar, atau pertemuan desa di comunity baru aula.
·         partisipasi dalam pengambilan keputusan - orang memulai, mendiskusikan, konsep dan rencana Foto aktivitas mereka semua akan lakukan sebagai masyarakat. beberapa tesis mungkin berhubungan dengan area pembangunan yang lebih umum seperti membangun sekolah atau
Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
1)      Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi
2)      Adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi
3)      Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut:
1.      Kemauan
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:
a.    Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.
b.    Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.
c.    Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas sendiri.
d.   Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan.
e.    Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya
2.      Kemampuan
Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu antara lain adalah:
a.    Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.
b.    Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
c.    Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki.  Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998) menyatakan pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
3.      Kesempatan
Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:
1)      Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan.
2)      Kesempatan untuk memperoleh informasi.
3)      Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.
4)      Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.











III PENUTUP

Kesimpulan
Komunikasi Pembangunan Partisipatif sebagai pendekatan memberikan harapan baru dalam memposisikan kembali peranan komunikasi dalam pembangunan yang lebih menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat yang selama ini masih dalam posisi “tertinggal.” Akan tetapi pendekatan ini akan menemui kegagalan yang sama dengan pendekatan yang lama bila tidak terpenuhinya prasyarat berikut:
1.      Perlunya ditumbuhkan keyakinan bahwa setiap individu atau kelompok yang secara potensial akan dipengaruhi program pembangunan harus diberikan hak untuk berpartisipasi secara penuh dalam membuat keputusan.
2.      Komunikasi Pembangunan Partisipatif harus menjamin terwujudnya kerjasama timbal balik pada seluruh tingkatan partisipasi Artinya setiap pihak selalu berusaha mendengarkan apa yang orang lain katakan, menghargai dan menghormati sikap orang lain, serta memiliki rasa saling percaya.
3.      Komunikasi Pembangunan Partisipatif harus mampu menempatkan semua pihak sebagai partisipan yang setara sehingga tidak ada dominasi dalam arus informasi dari salah satu pihak saja (misalnya peneliti dan aparat pemerintah).
4.      Melalui Kombangpar keputusan keputusan dihasilkan secara demokratis melalui proses interaksi dan transaksi secara terus-menerus sehingga komitmen bersama dapat terus dipertahankan.
5.      Komunikasi Pembangunan Partisipatif harus mampu membuka akses dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan semua media komunikasi yang tersedia.




2 komentar:

  1. What are the advantages of playing online slots for money?
    To win real money on games you have to go to the dealer's house and enter 꽁 머니 토토 사이트 the slot machine. If the dealer wins 아 샤벳 the 스포츠토토 game then 1xbet 우회 it becomes clear 슬롯 머신 규칙 that you

    BalasHapus
  2. Winstar Casino Launches New Games and RTP in - JTM Hub
    The World's first online 속초 출장샵 casino launched in 안성 출장샵 1996 and quickly became one of the 상주 출장샵 fastest growing 논산 출장안마 gaming sites 과천 출장안마 in the world.

    BalasHapus