I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Istilah Komunikasi Pembangunan
Partisipatif (Kombangpar) mungkin masih terasa asing, bahkan di kalangan
akademisi dan praktisi komunikasi pembangunan sendiri di Indonesia. Sebab
sekalipun konsep, model, dan penerapannya sudah dikembangkan beberapa dekade
lalu namun wacana tentang Kombangpar masih belum dilakukan secara meluas dan
intens sampai saat ini. Momentum setengah abad embrio lahirnya Komunikasi
Pembangunan, sejak pertama kali Daniel Lerner mempublikasikan hasil penelitiannya
pada tahun 1958 (The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle
East) dapat pula dijadikan sebagai tonggak penting untuk mulai memahami,
mengkaji dan mencari relevansinya bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Indonesia yang sampai saat ini masih belum beruntung karena struktur sosial dan
sistem yang kurang berpihak kepada mereka.
Sesungguhnya istilah Kombangpar
digunakan sebagai padanan dari Participatory Development Communication yang
sudah populer pada pertengahan tahun 1990-an (Bessette dan Rajasunderam, 1996;
Bessette, 2004; 2006). Konsepsi lain yang terkait dengan lahirnya Kombangpar
adalah Participatory Communication atau Participatory Communication
for Social Change (Servaes et al., 1996; Servaes, 2002a; Kim, 2005).
Gagasan tersebut muncul sejalan dengan mulai bergesernya paradigma komunikasi
pembangunan dari paradigma difusi ke paradigma pemberdayaan. Sekaligus
merupakan sebuah alternatif pilihan untuk menjawab kurangnya kontribusi
komunikasi pada pembangunan di Negaranegara berkembang selama masa dekade
pembangunan pertama yang pernah dicanangkan PBB yang banyak menaruh harapan
besar pada komunikasi massa sebagai agen perubahan seperti yang pernah
dipromosikan oleh Schramm (1964)
II.
PEMBAHASAN
2.1. Pengenalan
Pendekatan
komunikasi partisipatif dikandung
lebih dari dua dekade lalu. Akar pendekatan partisipatif dalam komunikasi pembangunan dapat ditemukan di tahun-tahun awal 1970an ketika banyak orang
dalam komunitas pembangunan mulai dari atas ke bawah pendekatan pembangunan yang
dominan pada 1950-an dan 1960-an,
yang menargetkan pertumbuhan ekonomi
dari negara-negara sebagai tujuan utamanya. Selama beberapa dekade, keberhasilan negara-negara maju diadakan sebagai model untuk
mencapai. Pembangunan itu yang diduga dipicu
oleh difusi skala
luas dan adaptasi teknologi modern.
Modernisasi
seperti direncanakan di ibukota nasional di
bawah bimbingan dan arahan dari
ahli yang didatangkan dari negara-negara maju. sering, orang-orang di desa-desa yang menjadi obyek dari rencana ini, pertama akan
belajar bahwa pembangunan sedang dalam perjalanan ketika orang asing dari kota turned
up, sering mendadak,
untuk survei tanah atau melihat lokasi proyek. Komunikasi berperan penting dalam mempromosikan modernisasi kepada orang-orang, radio adalah salah satu instrumen utama yang digunakan.
2.2. Komunikasi
Partisipatif
Penekanan pada pendekatan
interpersonal yang pada awalnya menyarankan skala kecil, pendekatan berbasis
masyarakat untuk komunikasi partisipatif. Pidato, media tradisional dan rakyat,
dan aktivis kelompok dianggap paling tepat instrument untuk mendukung
pendekatan. Pemikiran awal ini diabaikan media massa dengan tidak menyarankan
apapun peran mereka. Praktisi di media massa menanggapi berinovasi pendekatan
mereka sendiri untuk komunikasi partisipatif. radio komunitas mencetak beberapa
keberhasilan awal. Besar model, terpusat dari stasiun kota berbasis digantikan
oleh operasi kecil mengudara pada pemancar berdaya rendah yang dimiliki oleh
serikat buruh, gereja dan masyarakat lainnya. Orang-orang yang diproduksi dan
program bersuara terfokus pada isu-isu lokal, yang themost saat ini dan penting
untuk tem. Inovasi seperti didefinisikan peran media besar dalam komunikasi
partisipatif.
Evolusi Komunikasi
Pembangunan
Model Pembangunan
|
Model komunikasi
|
Pendekatan penyiaran
|
Pertumbuhan
Modernisasi
|
difusi
Top-down
|
radio
petani
|
Dasar
kebutuhan pertumbuhan dengan distribusi
|
akar rumput
Horizontal
|
forum
radio
|
Ketergantungan
|
Penyadaran
|
pertukaran
berita
|
Lain
|
Partisipatif
|
radio
komunitas
|
2.3. Pengertian dan Konsepsi
Komunikasi
Pembangunan Partisipatif
Komunikasi Pembangunan Partisipatif
(Kombangpar) sebagai pendekatan alternatif dapat dipandang sebagai “sarana
ampuh” untuk memfasilitasi proses-proses partisipatif bila sejalan dengan
dinamika pembangunan ditingkat lokal. Pada sisi lain, Kombangpar dapat pula
diterjemahkan sebagai suatu aktifitas yang direncanakan dengan matang yang
diwujudkan dalam bentuk strategi dan pendekatan komunikasi yang diterapkan
dalam seluruh proses pembangunan. Definisi yang lengkap antara lain dikemukakan
oleh Bessette (2004) sebagai berikut: ’Komunikasi Pembangunan
Partisipatif adalah suatu aktifitas yang
direncanakan yang didasarkan pada proses-proses partisipatif di satu sisi, dan
pemanfaatan media komunikasi dan komunikasi tatapmuka disisi lain, dengan
tujuan untuk memfasilitasi dialog di antara pemangku kepentingan yang berbeda,
yang berkisar pada perumusan masalah atau sasaran pembangunan bersama,
mengembangkan dan melaksanakan atau menjabarkan seperangkat aktifitas yang
memberi kontribusi untuk mencari solusi yang didukung bersama. Proses-proses
partisipatif yang dimaksud adalah adanya partisipasi komunitas, yakni adanya
keterlibatan aktif kelompok komunitas yang berbeda, bersama-sama pemangku
kepentingan lainnya dan beberapa agen pembangunan serta peneliti yang bekerja dengan
komunitas serta para pengambil keputusan. Secara umum yang dimaksud dengan
pemangku kepentingan antara lain anggota komunitas (masyarakat),
kelompok-kelompok masyarakat yang aktif, aparat pemerintah lokal atau regional,
LSM, petugas teknis pemerintah atau lembaga lainnya yang bekerja di tingkat
komunitas, para pembuat kebijakan yang semestinya terlibat dalam upaya
pembangunan yang berlangsung. Makna komunikasi sendiri mengalami perubahan
karena adanya pergeseran peran dari yang fokusnya mengiformasikan dan membujuk
rakyat untuk mau mengubah perilaku atau
sikap,
kepada menyediakan fasilitas diantara pemangku kepentingan yang
berbeda
untuk menentukan masalah bersama. Artinya dari
pendekatan topdown, linier dan searah menuju pendekatan horisontal,
interaktif dan dialogis. Komunikasi menjadi lebih berorientasi kepada receiver
(khalayak penerima) ketimbang kepada sender (sumber). Proses ini
dapat berlangsung ketika yang menjadi titik masuknya adalah bukan hanya pada
masalah pembangunan itu sendiri, tetapi sasaran atau tujuan yang ditentukan
bersama ditingkat komunitas (Servaes & Malikhao, 2002). Pergeseran
makna komunikasi memberi konsekuensi pada peranan baru komunikasi yang lebih
ditekankan pada kebutuhan untuk membantu seluruh proses melalui pertukaran informasi
secara interaktif atau transaksional. Rakyat (komunitas) sendiri yang
semestinya mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Rakyat
diposisikan sebagai mitra sejajar dalam mengembangkan pesan dan memproduksi
media komunikasi. Melalui komunikasi partisipatif pula dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya konflik di antara kelompok, komunitas dan pemangku
kepentingan lainnya. Apakah Perbedaan Kombangpar dengan strategi komunikasi
lainnya? Dagron (2001) menyimpulkan bahwa perbedaan paradigmatis antara
Kombangpar dan strategi komunikasi pembangunan lainnya mencakup antara lain
pada beberapa isu berikut:
2.4. Kekuasaan
Pendekatan
Partisipatif
Reaksi terhadap modernisasi (dan
sampai batas tertentu realisasi ketidakseimbangan
struktural global) melahirkan berbagai pendekatan partisipatif. mereka bersama
maksud umum secara
aktif melibatkan orang yang menjadi "subjek" pembangunan dalam membentuk proses. dalam banyak kasus, bagaimanapun, ini ujung kesamaan dan sejumlah perbedaan dimulai.
partisipasi masyarakat menjadi difinied dalam berbagai cara dan ini mengubah menyebabkan
banyak perbedaan pendapat yang
belum terselesaikan. umumnya, empat
cara yang berbeda partisipasi dapat
diamati di sebagian besar proyek-proyek
pembangunan yang mengaku partisipatif
di alam (Uphoff 1985).
mereka dijelaskan di bawah.
·
partisipasi
dalam pelaksanaan - orang secara aktif dan dimobilisasi untuk mengambil bagian
dalam aktualisasi proyek. mereka diberi tanggung jawab aertain dan mengatur
tugas-tugas tertentu atau diperlukan untuk berkontribusi sumber spesified.
·
partisipasi
dalam evaluasi - setelah selesainya proyek, orang diundang untuk kritik
keberhasilan atau kegagalan.
·
partisipasi
dalam manfaat - orang mengambil bagian dalam menikmati buah dari proyek,
seperti wter dari pompa tangan, medis, perawatan (dari dokter tanpa alas kaki),
sebuah truk untuk mengangkut hasil ke pasar, atau pertemuan desa di comunity
baru aula.
·
partisipasi
dalam pengambilan keputusan - orang memulai, mendiskusikan, konsep dan rencana
Foto aktivitas mereka semua akan lakukan sebagai masyarakat. beberapa tesis
mungkin berhubungan dengan area pembangunan yang lebih umum seperti membangun
sekolah atau
Margono Slamet (1985)
menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
1)
Adanya kemauan yang diberikan kepada
masyarakat, untuk berpartisipasi
2)
Adanya kesempatan masyarakat untuk
berpartisipasi
3)
Adanya kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi
Lebih
rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut kemauan, kemampuan
dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut:
1.
Kemauan
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:
a.
Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang
menghambat pembangunan.
b.
Sikap terhadap penguasa atau pelaksana
pembangunan pada umumnya.
c.
Sikap untuk selalu ingin memperbaiki
mutu hidup dan tidak cepat puas sendiri.
d.
Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan
masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan.
e.
Sikap kemandirian atau percaya diri atas
kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya
2.
Kemampuan
Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu antara lain adalah:
Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu antara lain adalah:
a.
Kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah.
b.
Kemampuan untuk memahami
kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
c.
Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan
sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki. Robbins
(1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998) menyatakan pada hakikatnya
kemampuan individu tersuusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik.
3.
Kesempatan
Berbagai
kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:
1) Kemauan
politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan.
2) Kesempatan
untuk memperoleh informasi.
3) Kesempatan
untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.
4) Kesempatan
untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.
III PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi Pembangunan Partisipatif sebagai
pendekatan memberikan harapan baru dalam memposisikan kembali peranan
komunikasi dalam pembangunan yang lebih menitik beratkan pada pemberdayaan
masyarakat yang selama ini masih dalam posisi “tertinggal.” Akan tetapi
pendekatan ini akan menemui kegagalan yang sama dengan pendekatan yang lama
bila tidak terpenuhinya prasyarat berikut:
1. Perlunya
ditumbuhkan keyakinan bahwa setiap individu atau kelompok yang secara potensial
akan dipengaruhi program pembangunan harus
diberikan hak untuk berpartisipasi secara
penuh dalam membuat keputusan.
2. Komunikasi
Pembangunan Partisipatif harus
menjamin terwujudnya kerjasama
timbal balik pada seluruh tingkatan
partisipasi Artinya setiap pihak
selalu berusaha mendengarkan apa
yang orang lain katakan, menghargai
dan menghormati sikap orang
lain, serta memiliki rasa saling
percaya.
3. Komunikasi
Pembangunan Partisipatif harus
mampu menempatkan semua
pihak sebagai partisipan yang setara
sehingga tidak ada dominasi dalam
arus informasi dari salah satu pihak
saja (misalnya peneliti dan aparat
pemerintah).
4. Melalui
Kombangpar keputusan keputusan dihasilkan
secara demokratis melalui
proses interaksi dan transaksi
secara terus-menerus sehingga
komitmen bersama dapat terus
dipertahankan.
5. Komunikasi
Pembangunan Partisipatif harus
mampu membuka akses dan
memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk memanfaatkan semua
media komunikasi yang tersedia.
What are the advantages of playing online slots for money?
BalasHapusTo win real money on games you have to go to the dealer's house and enter 꽁 머니 토토 사이트 the slot machine. If the dealer wins 아 샤벳 the 스포츠토토 game then 1xbet 우회 it becomes clear 슬롯 머신 규칙 that you
Winstar Casino Launches New Games and RTP in - JTM Hub
BalasHapusThe World's first online 속초 출장샵 casino launched in 안성 출장샵 1996 and quickly became one of the 상주 출장샵 fastest growing 논산 출장안마 gaming sites 과천 출장안마 in the world.